SINERGITAS: Penandatanganan MoU antara ISI Surakarta dan Disdikbud Tubaba. (ISI SURAKARTA)

   

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta terus berupaya mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi. Salah satunya menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdibud) Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung. Harapannya, ISI Surakarta bisa ikut andil demi kemajian seni budaya di sana. Kerja sama antara ISI Surakarta dengan Disdikbud Tubaba terjalin, saat tim FSP melakukan kunjungan pada 19-22 Februari lalu. Dipimpin Dekan FSP ISI Surakarta Tatik Harpawati. Didampingi Wakil Dekan II FSP Supriyanto. Kemudian para dosen Prodi Etnomusikologi Fawarti Gendra Nata Utami dan Denis Setiaji, dosen Prodi Tari Renaldi Lestianto Utomo Putro, serta staf administrasi Fatoni Edi Wibowo. Tatik menjelaskan, Tubaba kaya akan potensi seni dan budaya. Ditunjang antisiasme tinggi dari generasi muda terhadap kesenian. Bahkan, di sana terdapat sekolah seni jenjang SD hingga SMA. Memiliki ribuan siswa yang mempelajari kesenian lengkap. Seperti teater, tari, seni rupa keramik, patung, batik, hingga senjata tradisional. Padahal Tubaba termasuk kawasan terpencil di Provinsi Lampung. Namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tubaba konsen memajukan seni dan budaya di sana. Sehingga mampu menarik kunjungan wisatawan, bahkan menjadi buah bibir di mancanegara.

 

“Kami ingin berkontribusi terhadap kemajuan seni budaya yang ada di sana (Kabupaten Tubaba). Terutama seni pertunjukan,” kata Tatik saat dijumpai Jawa Pos Radar Solo di ruang kerjanya, kemarin (27/2). Kontribusi tersebut, lanjut Tatik, akan diwujudkan dengan mengirimkan dosen untuk memberikan workshop, pelatihan, penelitian, serta pengajaran di sekolah seni. Termasuk mengirimkan mahasiswa FSP. Mereka akan dilibatkan lewat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) selama empat bulan, dimulai September mendatang. Mahasiswa yang akan dikirim minimal semester lima dari program studi (prodi) di FSP ISI Surakarta. Mulai dari Prodi Etnomusikologi, Pedalangan, Tari, Teater, dan Karawitan. Kecuali Prodi Koreografi Inkuiri karena baru saja disahkan. “Kami melihat di Tubaba semua bangunan dan lingkungan berkonsep megalitikum. Sehingga potensial dijadikan projek independen mahasiswa,” imbuh Tatik. Terkait projek independen, dimulai dengan penelitian. Kemudian mengemas kesenian khas Tubaba, yang selaras dengan konsep megalitikum. Output-nya berupa sebuah projek terkait seni pertunjukan. Dimana dosen Prodi Etnomusikologi FSP ISI Surakarta Fawarti Gendra Nata Utami turut menggagas konsep megalitikum tersebut. “Harapannya projek itu ketika di-launching, merupakan sajian perdana ke publik. Nanti diikuti terus-menerus, menjadi ajang pentas seni budaya rutin tahunan atau enam bulan sekali. Supaya seni budaya terus berkelanjutan,” paparnya.

 

Sementara itu, Tatik menyebut kekayaan seni dan budaya nusantara harus dilestarikan. Diupayakan tidak sekadar peragaan, namun juga membutuhkan penelitian, kajian, hingga inovasi. “Semoga kontribusi ISI Surakarta di dunia pendidikan semakin dikenal seluruh Indonesia, bahkan seluruh dunia,” paparnya. (zia/fer/an)

 

Sumber : Radar Solo