Fakultas Seni Pertunjukan dan Unit Penunjang Akademik (UPA) ISI Solo bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indoneisa menggelar “Sosialisasi Layanan International Standard Music Number (ISMN)”, dengan narasumber Ratna Gunarti, S. Sos. dari Perpusnas RI, Dr. Bondet Wrahatnala, S. Sos., M.Sn. dan Wahyu Thoyyib Pambayun, S.Sn., M.Sn., dari ISI Solo, di Ruang Seminar ISI Solo, Selasa (27/8).

Narasumber Ratna Gunarti,menyampaikan sejarah, ruang lingkup dan gambaran umum layanan ISMN yang dikelola oleh Kelompok Kerja Pengawasan Bibliografi dan Layanan ISBN dan ISMN Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Serta berbagai manfaat yang dapat dipetik dari ISMN bagi seniman dan penghasil karya musik bernotasi. Manfaat yang dapat dipetik di antaranya (1) menjadi identitas unik sebuah partitur, (2) melindungi copyrights (hak cipta) pencipta lagu, (3) menjadi alat temu kembali informasi, dan (4) melestarikan, menyimpan, dan melindungi keaslian partitur musik.

Bondet Wrahatnala menyoroti dua ranah rekognisi kekaryaan musik yang ada di Indonesia. Ia mengatakan ada dua bentuk rekognisi karya musik yang berkembang sebagai fungsi perlindungan dan/atau penguatan karya musik. Yang pertama adalah Hak Cipta yang merupakan salah satu rezim yang ada pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dikelola oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan ISMN yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Wahyu Thoyyib Pambayun dosen dan komposer muda di Jurusan Karawitan ISI Solo, mengungkapkan pentingnya penyiapan dalam diseminasi karya musik untuk menuju rekognisi nasional dan internasional. Ia menceritakan berbagai pengalaman pribadi maupun kelompok musiknya dalam penyiapan untuk menuju open call (Panggilan Terbuka untuk diseminasi karya musik). Kelengkapan portofolio berbasis digital dan berbagai bentuk persyaratan yang rigit perlu disiapkan oleh seorang komposer atau pengkarya musik.

Sumber: HUMASISISOLO